MAKALAH KERAJAAN SINGASARI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kerajaan
Singhasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok
pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah
Singosari, Malang. Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan
besar di Nusantara yang didirikan oleh Ken Arok. Sejarah Kerajaan Singasari
berawal dari daerah Tumapel, yang di kuasai oleh seorang akuwu (bupati).
Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang dengan pelabuhan
bernama Pasuruan. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin
oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanegara
Wikrama Dharmottunggadewa. Ken Arok merebut daerah Tumapel, salah satu wilayah
Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada
mulanya adalah anak buah Tunggul Ametung, namun ia membunuh Tunggul Ametung
karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Ken Arok kemudian mengawini Ken
Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes telah mempunyai anak bernama
Anusapati yang kemudian menjadi raja Singasari (1227-1248). Raja terakhir
Kerajaan Singasari adalah Kertanegara.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana awal berdiri
Kerajaan Singasari ?
2.
Apa nama Ibu Kota
Singasari ?
3.
Bagaimana keadaan
politik Luar dan Dalam Negeri Kerajaan Singasari
4.
Bagaimana kehidupan
budaya di Kerajaan Singasari ?
5.
Menganut kepercayaan
apakah kerajaan Singasari ?
6.
Bagaimana kehidupan
ekonomi di Kerajaan Singasari ?
C. Tujuan
1.
Menambah pengetahuan
tentang kerajaan singasari
2.
Mengetahui bagaimana
kehidupan di Kerajaan Singasari
3.
Memperdalam cerita
sejarah tentang kerajaan Singasari
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Awal Berdiri
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu
(setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang
bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri
Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri.
Pada tahun 1222 terjadi
perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri
Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di
desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun
tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang
Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kadiri.
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa.
Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain
itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
B.
Silsilah
Wangsa Rajasa
Wangsa Rajasa yang didirikan oleh Ken Arok. Keluarga kerajaan ini menjadi penguasa
Singhasari, dan berlanjut pada kerajaan Majapahit. Terdapat perbedaan antara Pararaton dan Nagarakretagama dalam menyebutkan urutan raja-raja Singhasari.- 1292)
Kisah
suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat
pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai. Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja pengganti terhadap raja
sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib.
Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung (yang
dikeluarkan Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya sebagai Raja Kadiri, bukan Raja Tumapel. Hal ini
memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja bawahan di Kadiri. Dengan
demikian, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 dapat
diperdebatkan. Kemungkinannya adalah bahwa Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri dahulu,
baru pada tahun 1268 ia bertakhta di Singhasari. Diagram silsilah di samping ini adalah urutan
penguasa dari Wangsa Rajasa, yang bersumber dari Pararaton. Ken Arok (1222–1227)
Pendiri
Kerajaan Singasari ialah Ken Arok yang menjadi Raja Singasari dengan gelar Sri
Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama
Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Ken Arok
hanya memerintah selama lima tahun (1222–1227). Pada tahun 1227 Ken Arok
dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan
di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.
1.
Anusapati (1227–1248)
Dengan
meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.
Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan
pembaharuan - pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam.
Peristiwa
kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken
Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam
sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa ( tempat kediamanan Tohjoyo)
untuk mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan
ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang
dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah
Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.
2.
Raja Tohjaya (1248)
Dengan
meninggalnya Anusapati maka takhta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjaya.
Namun, Tohjaya memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati
yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan
Mahesa Cempaka dan para pengikutnya menuntut hak atas tahta kerajaan, tetapi
Tohjaya mengirimkan pasukan untuk menangkap Ranggawuidan dan Mahesa Cempaka.
Rencara Tohjaya telah di ketahui lebih dulu oleh Ranggawuni dan Mahesa Cempaka,
sehingga keduanya berhasil melarikan diri sebelum pasukan Tohjaya tiba di
tempat kediamannya. Lalu Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjaya dan kemudian
menduduki singgasana.
3.
Ranggawuni
(1248–1268)
Ranggawuni
naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi
kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Mereka
memerintah secara bersama-sama. Wishnuwardhana menjadi raja dan Nara
Singhamurti sebagai ratu angabhaya. Pemerintahan
Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari.
Pada tahun
1254, Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai
yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di
Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardhana meninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu
atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
Tahta beralih kepada Kertanegara
4. Kertanegara
(1268–-1292)
Kertanegara
adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk
menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri
Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga
orang mahamentri, yaitu mahamentriihino, mahamentriihalu, dan
mahamenteriisirikan.
Untuk dapat
mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot
dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak
Wide dijadikan Bupati di Sumenep ( Madura ) dengan gelar Aria Wiaraja.
Stabilitasi kerajaan yang di wujudkan pada amasa pemerintahan Raja
wishnuwardhana di sempurnakan lagi dengan tindakan-tindakan yang tegas dan
berani.
Setelah
keadaan Jawa Timur di anggap baik, Raja Kertanegara melangkah keluar wilayah
Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita persatuan seluruh Nusantara di bawah
Panji Kerajaan Singasari.
C. Politik Dalam Negeri dan Luar Negeri
Berbuat baik
terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat Jayakatwang ( Raja Kendiri )
yang bernama Ardharaja menjadi menantunya, juga Raden Wijaya ( cucu Mahesa
Cempaka ) sebagai menantunya. Lalu memperkuat angkatan perang. Raja Kertanegara
membangun dan memperkuat angkatan petang baik angkatan darat maupun angkatan
laut untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di dalam negeri, serta untuk
mewujudkan persatuan Nusantara.
Sebagai raja
besar Raja Kertanegara dalam politik
luar negerinya bercita-cita mempersatukan
seluruh Nusantara di bawah Panji Kerajaan Singasari. Ia berusaha memperkuat
partahanan kerjaan dalam menghadapi serangan kerajaan Cina-Mongol ( Kaisar
Khubilai Kahn ). Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan
nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini
ditandai dengan pengirimkan Arca Amogapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja
Kertanegara. Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda,
Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga
menjalin hubungan persahabatan dengan raja Champa, dengan tujuan untuk menahan
perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol.
Kubilai Khan
menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai
yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai nuka utusannya yang bernama
Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud
menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa.
Mengetahui
sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka
Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan
dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan
dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.
Pasukan
Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk
istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana.
Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut.
Ardharaja
berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil
menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan
bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat
pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah
yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk ditempati.
Dengan
gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini
berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang
dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di
Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang
sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.
D. Kehidupan
Kebudayaan
Kehidupan
kebudayaan masyarakat Singasari dapat diketahui dari peninggalan candi-candi
dan patung-patung yang berhasil dibangunnya. Candi hasil peninggalan Singasari,
di antaranya adalah Candi Kidal, Candi Jago, dan Candi Singasari. Adapun arca atau patung hasil peninggalan Kerajaan Singasari, antara lain
Patung Ken Dedes sebagai perwujudan dari Prajnyaparamita lambang kesempurnaan
ilmu dan Patung Kertanegara dalam wujud Patung Joko Dolog di temuakan di dekat
Surabaya, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Raja Kertanegara yang
dikirim ke Dharmacraya ibukota kerajaan melayu.
Kudua perwujudan
patung Raja Kertanegara baik patung Joko Dolog maupun patung Amoghapasa
menyatakan bahwa Raja Kertanegara menganut agama Budha beraliran Tantrayana (
Tantriisme ).
E.
Prasasti Mula Malurung
Mandala Amoghapāśa
dari masa Singhasari (abad ke-13), perunggu, 22.5 x 14 cm. Koleksi Museum für
Indische Kunst, Berlin-Dahlem, Jerman.
Penemuan prasasti Mula Malurung memberikan
pandangan lain yang berbeda dengan versi Pararaton yang selama ini dikenal mengenai sejarah Tumapel.
Kerajaan
Tumapel disebutkan didirikan oleh Rajasa yang dijuluki "Bhatara
Siwa", setelah menaklukkan Kadiri.
Sepeninggalnya, kerajaan terpecah menjadi dua, Tumapel dipimpin Anusapati sedangkan Kadiri dipimpin
Bhatara Parameswara (alias Mahisa Wonga Teleng).
Parameswara digantikan oleh Guningbhaya, kemudian Tohjaya. Sementara
itu, Anusapati digantikan oleh Seminingrat yang bergelar Wisnuwardhana. Prasasti Mula Malurung juga
menyebutkan bahwa sepeninggal Tohjaya, Kerajaan
Tumapel dan Kadiri dipersatukan kembali oleh Seminingrat. Kadiri kemudian
menjadi kerajaan bawahan yang dipimpin oleh putranya, yaitu Kertanagara.
F.
Pemerintahan Bersama
Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka.
Apabila
kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama
ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua kelompok yang bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti adalah cucu Ken Arok.
G.
Kehidupan
Ekonomi
Kehidupan ekonomi semenjak berdirinya Kerajaan Singasari tidak jelas
diketahui. Akan tetapi, mengingat Kerajaan Singasari berpusat di Jawa timur
yaitu di tepi sungai Brantas, kemungkunan masalah perekonomian tidak jauh
berbeda dengan kerajaan-kerajaan terdahulu, yaitu secara langsung maupun tidak
langsung rakyatnya ikut mengambil bagian dalam dunia pelayaran. Keadaan ini
juga di dukung oleh hasil-hasil bumi yang sangat besar hasilnya bagi rakyat
Jawa Timur.
Raja Kertanegara berusaha untuk menguasai jalur perdagangan di selat
Malaka. Penguasaan jalur pelayaran perdagangan atas selat Malaka itu, bertujuan
untuk membangun dan mengembangkan aktivitas perekonomian kerajaannya. Dengan kata lain, Raja Kertanegara berusaha menarik perhatian para
pedagang untuk melakukan kegiatannya di wilayah kerajaan singasari.
H.
Kejayaan
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 - 1292). Ia adalah
raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun
1275 ia mengirim
pasukan Ekspedisi
Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai
benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu
penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan
dari Kerajaan
Malayu). Kerajaan ini akhirnya
dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang
dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284,
Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun
1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui
kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
I. Kepercayaan
Bahkan didalam keagamaan terjadi sekatisme antara Agama Hindu dan Budha,
dan melahirkan Agama Syiwa Budha pemimpinya diberi jabatan Dharma Dyaksa
sedangkan Kartanegara menganut Agama Budha Mahayana dengan menjalankan Upacara
keagamaan secara Pestapora sampai mabuk untuk mencapai kesempurnaan dalam hal
ini Kartanegara menyebut dirinya CANGKANDARA (pimpinan dari semua
agama).
J.
Keruntuhan
Kerajaan
Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya
mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus
besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.
Setelah
runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kadiri. Riwayat
Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir. Kerajaan Singasari dibangun oleh Ken Arok setelah runtuhnya kerajaan Kediri. Ken Arok
bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi dengan Dinasti Girindrawanca, dengan
tujuan untuk menghilangkan jejak tentang siapa sebenarnya Ken Arok &
mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan. Ken Arok berkuasa ± 5 tahun (1222 –
1227 M). pada tahun 1227 Ken Arok terbunuh oleh kaki tangan Anusapati.
·
Anusapati
Memerintah
dari tahun 1227 – 1248 M. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar &
didengar oleh Tohjaya, putra Ken Arok dengan Ken Umang. Dimakamkan di Candi
Kidal.
·
Tohjaya
Memerintah
tahun 1248 dan pemerintahannya tidak berlangsung lama, karena putra Anusapati
yang bernama Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka menuntut hak atas tahta
kepada Tohjaya.
·
Wisnuwardhana (Ranggawuni)
Naik tahta
pada tahun 1248 dengan gelar Wisnuwardhana, dibantu oleh Mahesa Cempaka dengan
gelar Narashimbamurti. Pemerintahan keduanya sering disebut dengan pemerintahan
Ratu Angabaya. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai Yuva
raja (Raja muda), dengan maksud mempersiapkan putranyaq yang bernama
Kertanegara sebagai Raja di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardhana
meninggal dan tahta kerajaan dipegang oleh Kertanegara.
·
Kertanegara
Memerintah
tahun 1268 – 1292 M. Ia merupakan Raja terbesar dan terkemuka Kerajaan
Singasari. Setelah naik tahta, ia bergelar Sri Maharajadhiraja Sri Kertanegara.
Pada masa pemerintahannya datang utusan dari Cina atas perintah Kaisar Khubilai
Khan agar Raja Kertanegara tunduk terhadap Kaisr Cina, namun Kertanegara
menolak dan menghina utusan tersebut. Khubilai Khan marah, sehingga
mempersiapkan untuk menyerang Kerajaan Singasari, tetapi sebelum serangan itu
datang Raja Kertanegara mengadakan Ekspedisi Pamalayu tahun 1275 M, menguasai
Kerajaan Melayu dengan tujuan menghadang serangan Cina agar peperangan tidak
terjadi di Singasari. Karena pasukan Singasari sebagian menghadang serangan
Cina, maka Jayakatwang keturunan Kerajaan Kediri menyerang Kerajaan Singasari.
K.
Hubungan dengan Majapahit
Pararaton, Nagarakretagama,
dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit.
Pada tahun 1293
datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese
untuk menaklukkan Jawa.
Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat
cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa.
Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan
Majapahit sebagai
kelanjutan Singhasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa,
yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kertanagara
adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 – 1292).
Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Kerajaan ini
akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa
yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Kerajaan
Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya
mengalami keropos di bagian dalam. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun
berakhir. Kerajaan Singasari dibangun oleh Ken Arok setelah runtuhnya kerajaan
Kediri.
B. Saran
Pelajarilah lebih dalam tentang
kerajaan – kerajaan pada jaman dahulu, karena banyak sekali cerita sejarah yang
belum kita ketahui
DAFTAR PUSTAKA
o
Poesponegoro & Notosusanto
(ed.). 1990. Sejarah Nasional
Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
o
Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta:
Media Ilmu
o
R.M. Mangkudimedja. 1979. Serat Pararaton Jilid 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia
dan Daerah
o
Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir
Sejarahnya. Jakarta: Bhratara Syukur, Abdul, Ensiklopedi Umum untuk Pelajar , Jilid
9, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2005. Halaman 110.
o
Bullough, Nigel (14 Juli
1995). Historic East Java: Remains in
Stone. Jakarta: ADLine Communications. hlm. 116–117.
o
Kitab Negarakartagama Kitab
Kidung (Kidung Harsa Wijaya & Serat Arok)
o
Sejarah Nasional Indonesia.
Kurikulum 1994 suplemen GBPP 1999.
Comments
Post a Comment